Al-Quran

Al Baqarah ayat 2

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa

Hadits

---

Thursday, February 18, 2010

Siapa Nama Asli Abu Jahal? Abu Lahab? Abu Bakar Ash-Shiddiq?

for everyone

Sudah menjadi kebiasaan di tanah Arab, seseorang mempunyai lebih dari satu nama, yaitu nama asli dan nama panggilan (nama kunya). Nama asli, jelas diberikan oleh orang tua. Nama kunya, adalah gelar tertentu yang diberikan oleh orang lain kepada seseorang. Nama kunya yang terkenal di Arab adalah "Abu/Abi" (untuk laki-laki) dan "Ummu" (untuk perempuan). Biasanya ditambah dengan nama anak laki-laki pertamanya, seperti Abul Qasim yang merupakan nama kunya untuk Rasulullah SAW. Bisa juga karena kebiasaannya, contoh Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhahu diberi nama "Abu Turab" (Turab artinya "tanah") oleh Rasulullah karena Ali suka tidur di tanah.

Berikut ada beberapa orang yang -barangkali- lebih kita kenal dengan panggilannya ketimbang nama aslinya.

Abu Bakar ash-Shiddiq, punya nama asli Abdullah ibn Abi Quhaafah. Konon, dia bahkan gak punya anak yang bernama Bakar. Karena suka memelihara unta muda (bakr berarti anak unta...cek deh di kamus Arab-Indonesia, tafadhal!), makanya Khulafaur Rasyidin pertama ini dipanggil Abu Bakar.

Abu Jahal, bernama asli 'Amr bin Hisyam. Salah satu pembesar suku Quraisy yang frontal sekali menentang Rasulullah SAW, sampai-sampai Rasulullah menjadi bersedih hati. Beliau waktu itu berdoa supaya Allah memberikan hidayah-Nya kepada salah satu dari 2 'Umar ('huruf 'ain, mim, ra), yaitu Abu Jahal ini atau 'Umar bin Khattab, yang juga menentang keras kehadiran Islam waktu itu. Diharapkan, jika salah satu dari 2 orang ini masuk Islam, kedudukan kaum muslim Makkah menjadi lebih kuat. Ternyata, Allah menjatuhkan pilihan pada 'Umar bin Khattab yang akhirnya menjadi khalifah kedua sesudah Abu Bakr.

Abdul Muthalib bin Hasyim, kakek Rasulullah, punya nama asli Syaibah, Muthalib adalah nama pamannya. Menurut Sirah Nabawiyah karya Muhammad Haekal, Hasyim menikah dengan seorang wanita Yastrib dari suku Khazraj yang bernama Salma. Setelah menikah dan melahirkan Syaibah, Salma kembali ke Yastrib dan membawa sang anak ikut bersamanya. Kemudian, Hasyim meninggal. Setelah itu, Muthalib, adik Hasyim, berniat meminta Syaibah pada ibunya dan Salma pun memperbolehkannya. Ketika memasuki kota Makkah, orang-orang mengira anak laki-laki yang bersama Muthalib adalah budaknya (abdul Muthalib). Muthalib menjelaskan bahwa remaja itu adalah keponakannya, anak kandung Hasyim. Namun, setelah orang-orang mengerti pun, julukan buat Syaibah tidak berubah lagi. Sampai akhir hayatnya, ia dikenal dengan nama Abdul Muthalib.

Abu Lahab punya nama asli Abid Al Uza ibn Abdul Muttalib. Ini adalah salah satu dari paman Rasulullah yang sangat tidak suka akan kehadiran Islam. Sebagian meriwayatkan, ia dulu sebenarnya gembira sekali akan kelahiran ponakannya, Muhammad sampai-sampai ia membebaskan budaknya yang memberitakan kabar tersebut. Namun, hatinya keras membatu dan tidak bisa melihat kebenaran. Namanya pun diabadikan dalam salah satu surat Makkiyah, Al Lahab.

Lain lagi cerita Abu Hurairah. Sebenarnya, ia berdarah Yahudi. Sebelum memeluk Islam, ia bernama Abdul Syam. Setelah bersyahadat, namanya berganti menjadi`Abd al-Rahman ibn Sakhr Al-Azdi. Namun, karena ia sangat menyayangi anak kucing, ia diberi gelar Abu Hurairah (Bapaknya anak kucing).

Adalah Adnan Oktar yang memilih nama 2 Nabi, Harun dan Yahya sebagai nama populernya, Harun Yahya. Nah, ini cendikiawan Muslim masa kini yang paling terkenal akan kecerdasannya membaca ayat-ayat kauniyah lalu mengaitkannya dengan ayat-ayat qauliyah yang termaktub di mushaf Al Quran.

Pemimpin mazhab Syafi'i, Imam Syafi'I punya nama lengkap Muhammad ibn Idris ibn al-`Abbas ibn Utsman ibn Syafi'i ibn al-Sa’ib ibn `Ubayd ibn Abd Yazid ibn Hashim ibn al-Muttalib. Ternyata, Syafi'i adalah nama kakeknya yang ke-3.

Dan Imam Bukhari, sebenarnya bernama Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah Ibn Bardiziyeh al-Bukhari. Al Bukhari diambil dari kata Bukhara, yang merupakan nama sebuah kota di daerah Uzbekistan, yang merupakan kota kelahirannya. Mmm, bukan orang Arab ternyata. Islam merupakan agama universal tidak terkotak-kotak dan tidak eksklusif arab. Walaupun mereka bukan orang Arab, gak ada alasan untuk meng-underestimate karya-karya non-Arab. Contohnya, lihat saja karya Imam Bukhari, diakui seantero dunia.

Imam Muslim punya nama lengkap Abul Husain Muslim ibn al-Hajjaj Qushayri al-Nisaburi. Muslim adalah nama pemberian orang tuanya. FYI, beliau lahir di Nishapur, sebuah kota di Persia. Ternyata, lagi-lagi perawi hadits ternama bukan orang Arab. Lebih lanjut, hadits-hadits yang di-shahihkan secara bersama oleh Imam Bukhari dan Muslim disebut hadits Muttafaqun 'alaihi.

Imam At Turmudzi sebenarnya bernama Abū Īsā Muħammad ibn Īsā ibn Mūsā ibn ad-Dahhāk as-Sulamī at-Tirmidhī

Ibnu Taimiyah mempunyai nama lengkap Abu al-Abbas Taqi al-Din Ahmad ibn Abdul Salam ibn Abdullah ibn Taymiya al-Harrani.

Sementara, Ibnul Qayyim al Jauziyah sejatinya bernama Abu ’Abdullaah Syamsudin Muhammad Ibn Abu Bakr.

-Still looking for nama asli Abu Thalib bin Abdul Muthalib dan Abu Sufyan bin Harb-

Diambil dari berbagai sumber.
Wallahu a'lam bish-shawab,

Telaah Kritis usia Aisyah ra

Ditulis pada Maret 25, 2007 oleh islamiyah

Saya akan membahas perihal usia Siti Aisyah ra di saat menikah dengan Nabi Muhammad saw yang sumbernya saya dapat dari situs Islam di internet dan beberapa buku.

Sesungguhnya mengenai perihal berapa tepatnya usia Siti Aisyah ra disaat menikah dengan Nabi saw merupakan polemik. banyak pihak silang pendapat mengenai ini ,kemudian timbul kontradiksi dari tiap hadis ada yang mengatakan Aisyah ra berusia 9 tahun dan ada yang menolaknya di karena kemudian di temukan hal-hal yang memberatkan kalau Aisyah ra berusia 9 tahun disaat menikah dengan Nabi saw bahkan Asiyah berusia 16 tahun bahkan sampai mencapai 20 tahun dan juga kredibilitas para pembawa riwayat bahwa Aisyah ra berusia 9 tahun dan hal-hal yang memberatkan itu saya tulis di bawah ini:

Semoga bermanfaat.

Hal yang memberatkan pertama:

Cerita seputar usia Aisyah 9 tahun umumnya di laporkan oleh Hisham ibn ‘urwah yang bersumber dari ayahnya.Peristiwa yang di kenal sebagai satu cerita yang dilaporkan, seharusnya secara logika dilaporkan/diriwayatkan oleh lebih dari satu orang, 2 atau pun 3 orang. Dan ini sebuah fakta.

Dan anehnya bahwa tidak satupun para sahabat di Madinah dimana Hisham ibn ‘urwah bermukim selama 71 tahun pertamanya meriwayatkan peristiwa ini darinya ,bahkan semua murid-muridnya pun termasuk Malik ibn Anas ra yang terkenal juga tidak meriwayatkan ini,semua periwayat dari peristiwa adalah kesemuanya orang-orang Iraq,dimana Hisham bermukim setelah pindah dari Madinah.

Sekali lagi penjelasan, orang-orang yang mendengar kisah ini dari Hisham ibn ‘urwah adalah orang-orang Iraq, ini fakta .Dapat di cek dalam sketsa biografi atas periwayat-periwayat yang meriwayatkan kisah ini.

Dan dibawah ini saya sertakan stamen-statemen dari shabat nabi dan cendikiawan Islam:

Tehzib al-Tehzib, salah satu buku yang terkenal dari semua buku2x yang membahas mengenai kehidupan dan kridibiltas dari para periwayat dalam tradisi Hadis-hadis nabi saw ,bahwa menurut Yaqub ibn Shaibah ra :”Hadist2x yg bersanad oleh Hisham adalah shahih kecuali hadis-hadisnya yang di riwayatkan oleh periwayat-periwayat dari Iraq”.Dan selanjutnya Malik Ibn Anas ra menolak Hadis-hadis dari Hisham Ibn ‘urwah yang di riwayatkan oleh perawi Iraq.(Vol 11.halaman 48-51)

Yaqub ibn Shaibah berkata: Hisham ibn “urwah adalah dapat di percaya, Hadis-hadis dari nya diterima, kecuali apa yang dia kisahkan setelah pindah ke Iraq.( Tahzib al Tahzib,Ibn Hajar Al-’asqalaaniy,Arabic,Dar Ilhya al-turath al-Islami. Vol 11.Halaman 50)

Aku di beritahukan bahwa Malik ibn Anas ra menolak semua kisah yang di riwayatkan perawi-perawi dari Iraq seputar hadis-hadis dari Hisham.(Tehzi’bu’l-tehzi’b, Ibn Hajar Al-`asqala’ni, Arabic, Dar Ihya al-turath al-Islami, Vol. 11, Halaman. 50)

Dan juga di dalam kitab Meezan al-Ai’tidaal, kitab lain selain Tahzib al Tahzib yang juga membahas mengenai kredibilitas dan sektesa biografi para perawi dalam tradisi al-musthalla ul-hadith menjelaskan bahwa ketika tua daya ingat Hisham berkurang drastis (Vol. 4,halaman 301-302) dan (Meezaan al-Ai`tidaal, Al-Zahabi, Arabic, Al-Maktabah al-Athriyyah, Sheikhupura, Pakistan, Vol. 4,halaman. 301).

Hal yang memberatkan ke dua:

Menurut anggapan umum yang populer bahwa Aisyah ra terlahir sekitar 8 tahun sebelum peristiwa Hijrah. Tapi menurut hadis dalam kitab Bukhari (Kitab bab Tafsir) Aisyah diriwayatkan berkata” Bahwa saat di turunkan surah Al-Qamar,(surat ke 54 dalam Qur’an),aku adalah anak kecil”.dan Surah Al-Qamar di turunkan 9 tahun sebelum peristiwa Hijrah, dan menurut pengakuan Aisyah ra bahwa dia bukan saja sudah lahir sebelum turunya Surah Al-Qamar namun pula Aisyah juga adalah seorang gadis (jariyah) bukan anak orok (sibyah) pada saat itu dan pula saat 8 tahun sebelum hijrah dia sudah jauh dari umur orok namun Aisyah sudah mencapai tingkatan gadis , jika pengakuan Aisyah ra dalam kitab bab Tafsir Bukhari adalah benar adanya maka telah berkontradiksi dengan kisah-kisah yang di laporkan Hisham ibn ‘urwah yang diriwayatkan oleh orang-orang Iraq.

Aisyah ra berkata : Aku masih gadis ,ketika ayat 46 dari Surah Al-Qamar di turunkan (Sahih Bukhari, Kitab Al-Tafsir,Arabik,Bab Qaulihi Bal al-saa’atu Maw’iduhum wa al-sa’atu adhaa wa amarr).

Dalam dalam bahasa Ingrisnya akan di temukan perbedaan lebih jelas makna dari kata Jariyah(seorang anak perempuan) dan Sibyah (orok):
Aysha (ra) said: I was a young girl ( not i was an infant=bayi,orok), when verse 46 of Surah Al-Qamar, [the 54th chapter of the Qur'an ], was revealed. (Sahih Bukhari, Kitaab al-Tafseer, Arabic, Bab Qaulihi Bal al-saa`atu Maw`iduhum wa al-sa`atu adhaa wa amarr)

Jadi saya menganggap tidak ada alasan untuk menerima cerita dari Hisham ibn ‘urwah yang di laporkan oleh orang-orang Iraq terlebih setelah kita membaca ulasan-ulasan dari para ahli didalam kitab Tahzib al-Tahzib dan Meezaan a
Al-Ai`tidaa dan pula pengakuan Aisyah ra sendiri dalam kitab Bukhari bab tafsir.

Hal yang memberatkan ke tiga:

Dan penjelasan lain
Keterangan : Perang Badr terjadi ke- 2 Hiijrah,
Perang Uhud terjadi tahun ke-3 Hijrah.

Menurut beberapa Hadis di katakan bahwa Aisyah ra menyertai pasukan Muslim dalam perang Badr dan Uhud,lebih lanjut juga di laporkan dalam sejarah dan Hadis bahwa siapapun di bawah usia 15 tahun dilarang ikut serta dalam perang Badr dan Uhud (lho kok Aisyah ra ikut serta?),Semua anak lelaki di bawah 15 tahun di pulangkan tapi Aisyah malah ikut serta dalam perang tersebut ,dan partisipasi bunda Aisyah ra jelas dan tegas menjelaskan bahwa beliau tidak berumur 9,10 atau 11 tahun saat itu dan lagi kaum wanita biasa menyertai kaum prianya dalam perang untuk menyuport dan membantu kaum pria bukan malah menjadi beban apalagi membawa anak kecil yg baru berusia 9,10 atau 11 tahun.

Dan untuk menguatkan argumen ini saya akan menuliskan hadis seputar partisipasi Aisyah ra dalam perang Badr dan Uhud:

Aisyah ra menceritakan perihal perjalanan kaum Muslim menuju Badr dan kejadian penting di dalamnya (Muslim,Kitaab al-jihad wa al-siyar, Arabik, Bab karahiyah al-isti`anah fi al-ghazwi bikafir). Aisyah ra berkata:
“Ketika kami mencapai Shajarah” Kami =Aisyah dan kaum Muslim.

Dan naratif berkenaan dengan partisipasi Aisyah ra dalam perang Uhud di beritakan dalam Bukhari,Kitab al-Jihad wa al-siyar,Arabik,Bab Ghazwi al-nisaa wa gitalihinna ma’a al-rijaal:
Dan Anas ra menceritakan bahwa di hari dalam perang Uhud,orang-orang tidak dapat berdiri di sekeliling Nabi saw dan aku melihat Aisyah ra dan Ummu Salaim ra menarik keatas pakainnya supaya tidak menghambat geraknya.

Dan adalah fakta bahwa anak-anak di bawah usia 15 tahun di pulangkan dan tidak di bolehkan ikut berpartisipasi dalam perang Uhud,dan di riwayatkan dalam Bukhari al-maghaazi, Baab ghazwah al-khandaq wa hiya al-ahzaab

Ibn Umar ra mengatakan” bahwa Nabi Muhammad saw tidak mengizinkan aku ikut serta dalam perang Uhud karena saat itu aku baru berusia 14 tahun. Tapi saat dalam perang Khandaq ketika aku berusia 15 tahun sang Nabi mengizinkan aku turut serta”.

Hal yang memberatkan ke empat:

Perihal usia Asma ra kakak perempuan Aisyah ra yang lebih tua 10 tahun dari Aisyah ra, dan di beritakan dalam Kitab Taqreeb al-Tahzib sebagaimana Kitab Al-Bidaayah wa al-Nihayah bahwa Asma ra wafat di tahun ke 73 hijrah di saat ia berusia 100 tahun.Sudah barang tentu jika Asma ra berusia 100 tahun di tahun 73 setelah Hijrah maka usia beliau sekitar 27 atau 28 tahun saat terjadinya Hijrah lalu jika Asma ra berusia 27 atau 28 tahun maka sudah barang tentu Aisyah ra berusia berapa? iya anda benar ! Aisyah tentu berusia antara 17 atau 18 tahun (karena antara usia Asma ra dan usia Aisyah ra terpaut 10 tahun).Dengan demikian jika Aisyah ra menikah dengan Nabi saw di tahun pertama atau kedua Hijrah maka usia Aisyah ra saat itu kira-kira antara 18 sampai 20 tahun bukan 9 tahun.

Refrensi relefan berkenaan berkenaan kasus ini ,mari sama-sama kita baca sumber-sumber di bawah ini:

Dari Abd al-Rahman ibn Abi Zannad:

Asma berumur 10 tahun lebih tua dari Aisyah ra (Siyar A`la’ma’l-nubala’, Al-Zahabi, Vol. 2, pg. 289, Arabic, Mu’assasatu’l-risala’h, Beirut, 1992)

Dari Ibn Kathir :

Asma berusia 10 tahun lebih tua dari saudari perempuannya Aisyah (Al-Bidaayah wa al-Nihaayah, Ibn Kathir, Vol. 8, halaman. 371, Arabik, Dar al-fikr

Lebih lanjut mengenai usia Asma ra dan tahun wafatnya

Menurut Ibn Kathir:

Asma menyaksikan anaknya terbunuh saat tahun 73 setelah Hijrah, 5 hari kemudian dia wafat dan banyak pula yang meriwayatkan beliau ra wafat setelah 10 hari ada pula yang mengatakan beliau wafat ra 20 diatas hari bahkan ada yg berpendapat 100 hari setelahnya, dan saat wafatnya beliau berusia 100 tahun (Al-Bidaayah wa al-Nihaayah,Ibn Kathir,Vol 8,Halamn 372,Arabik,Dar al-fikri al-arabiy,Al-jizah,1993)

Menurut Ibn Hajar:

Dia ra hidup selama 100 tahun dan wafat pada tahun 73 setelah Hijrah (Taqreeb al-Tehzeeb, Ibn Hajar Al-Asqalaaniy, Pg. 654, Arabic, Bab fi al-nisaa, al-Harf al-alif)

Hal yang memberatkan ke lima:

Menurut Hadis yang di riwayatkan oleh Ahmad ibn Hambal setelah kematian Khadijah ra,di saat Khaulah ra datang ke pada Nabi saw dan ia menganjurkan agar nabi saw menikah lagi ,kemudian rasullah saw menanyakan perihal siapa yang di rekomendasikan Khaulah ra:” Anda dapat meminang perawan (bigir atau bikr) atau wanita janda (thayyib)”.Disaat Rasullah saw menanyakan siapakah kira-kira perawan itu (Bigir),Khaulah ra mengajukan nama Aisyah ra.(Ahmad ibn Hanbal is: Musnad Ahmad ibn Hanbal, Vol 6, halaman 210, Arabic, Dar Ihya al-turath al-`arabi, Beirut)

Bagi yang faham bahasa Arab maka akan tahu makna kata “Bigir” dalam bahasa Arab tidak digunakan untuk anak kecil yang baru berusia 9 tahun ,kata yang tepat untuk anak seusia itu (9 tahun) adalah “Jariyah”(seperti yang sudah saya tulis diatas),Bigir di gunakan untuk perempuan yang belum menikah (masih perawan) dan barang tentu anak usia 9 tahun bukanlah seorang Bigir.

Hal yang memberatkan ke enam:

Tabari dalam risalat mengenai sajarah Islam, ketika membahas Abu Bakr ra melaporkan bahwa Abu Bakr memiliki 4 orang anak dan kesemuanya terlahir di zaman Jahiliyyah-Pra Islam ,sudah tentu pula Aisyah ra jika Aisyah ra terlahir di masa Jahiliyah maka usia Aisyah ra tidak kurang dari 14 tahun di tahun ke-1 setelah Hijrah-saat dan menjadi 15 tahun di tahun ke –2 Hijrah ,itu ia cukup mapan untuk menikah.(karena Nabi berdakwah di Mekkah selama 13 tahun sebelum beliau Hijrah ke Madinah,dan malah mungkin usia Aisyah ra lebih dari 15 tahun jika di jaman Jahiliyah beliau ra sudah berusia 2 tahun + 13 tahun masa dakwah nabi atau bahkan lebih).

Dan ini di kutip dari Tarikh al-umam wa al-mamloo’k, Al-Tabari, Vol. 4, halaman. 50, Arabik, Dar al-fikr, Beirut, 1979.

Hal yang memberatkan ketujuh:

Menurut Ibn Hajar ra ,Siti Fatimah ra berusia 5 tahun lebih tua dari Siti Aisyah ra. Fatimah di laporkan lahir di saat Nabi Muhammad saw berusia 35 tahun,lalu jika begitu Aisyah ra saat Hijrah berusia 14 tahun bahkan lebih

“Fatimah ra terlahir di saat renovasi Kaa’bah ,disaat Nabi Muhammad saw berusia 35 tahun…Fatimah berusia 5 tahun dari Aisyah”. (Al-Isabah fi Tamyeez al-Sahaabah, Ibn Hajar al-Asqalaniy, Vol. 4, Halaman. 377, Arabik, Maktabah al-Riyadh al-Haditha, al-Riyadh, 197